Bacaan mengandung unsur self-harm. Diperingatkan untuk tidak membaca ini. i warn you. Beberapa bulan pada saat pemerintah mengumumkan untuk berdiam di rumah. Rasa bahagia ini muncul, karena tidak perlu memikirkan tenaga yang terbuang, tidak perlu memikirkan waktu yang terbuang di perjalanan, tidak perlu memikirkan dimana tempat atau waktu ketika waktu untuk beribadah itu datang, tidak perlu memikirkan uang yang harus dikeluarkan, tidak perlu memikirkan seberapa banyak kuota yang terpakai agar dalam sebulan bisa cukup.
Semua itu terlihat nyaman. Semua itu terlihat bahagia, karena berada di kamar yang nyaman, kasur yang empuk, memutarkan lagu kesukaan sambil melihat linimasa dari atas sampai bawah. Seakan jari ini tidak bisa diam. Namun, masalah tiba-tiba muncul. Mungkin sepele. Iya, jika dipikirkan memang sepele. Orang tua menyuruh kami untuk bisa membantu aktivitas mereka. Namun, semua ini dimulai ketika mereka mulai mengeluarkan kata yang berprasangka negatif. Semua yang muncul dalam pikiran bahwa "memang lo tuh anak ga guna" "memang lo tuh anak yang ga bisa memberikan hal yang ngebuat orang tua lo lebih mudah" namun semua ini membuat ingin berkata juga "oh, jadi selama ini usaha dan perbuatan yang dilakuin emang ga ada guna nya ya?" emosi ini sudah tidak terbendungi. Nafas sudah mulai berat, gejolak ditubuh ini sangat mengerikan jika diingat untuk mengetik hal ini. Ya, gue mukulin diri gue sendiri, gue pukul kepala dengan kepalan tangan hingga emosi ini akan turun, gue pukul dada gue sendiri dengan kencangnya, sambil mengatakan dalam hati kalau gue bukanlah orang yang baik, gue ini hidup untuk apa, kenapa gue bisa begini, apa yang membedakan gue dengan orang lain? Akhirnya air mata pun juga tidak terbendungi. Dada ini semakin sesak. Kepala ini terus memunculkan pertanyaan yang membuat gue ingin mengakhiri ini semua. Menjadi orang yang tertutup, membuat pertanyaan muncul apa yang membuat gue ini tertutup? Apa yang terjadi di masa kecil gue, sampai menjadi gue yang sekarang ini? Mood swings. Itulah yang terjadi. Mood swings yang agak parah. Jadwal tidur sudah tidak ada gunanya. Jadwal makan sudah tidak ada gunanya. Olahraga yang telah dilakukan tidak mampu membuat hal ini menjadi ringan. Sampai juga dititik dimana Orang tua berantem. Awalnya, gue ga peduli. Namun, entah apa yang membuat ini menjadi beban. Setiap melakukan ibadah gue nangis. Hari dimana orang mengucapkan "mohon maaf lahir dan batin" ini menjadi hari yang sangat tidak ada artinya. Stupid. Setiap hal dimana beliau mulai mempermasalahkan tentang hal yang gue lakukan, gue akan mulai aktivitas tersebut. Sampai tidak menyadari keesokkan harinya beberapa bagian kepala ini sakit sampai berhari-hari. Cutting? gue melakukannya bukan dengan menggunakan silet ataupun alat tajam lainnya. Cukup diapresiasi, karena gue di tahun ini baru melakukan sekali. Sampai hari ini kadang gue bertanya, sebenarnya yang gue inginkan tuh apa, selain goals menjadi seorang fangirl? Gue merasa kosong, gue cuman ingin menjalankan kewajiban menjadi bagian dari umatnya. Tidak ada keinginan lain yang muncul dalam pikirkan ini. Semua sudah rusak. Semua membuat gue patah. Kepala ini cuman tempurung saja tanpa ada isinya.
0 Comments
- Maybe this is why, I have no intereset to make relationship with anyone.
I'm afraid. I'm afraid that they would be shock. I'm a typical hard to share a story. So if you one of my friends that hear my sadness, you're the best one. |
Ain Here
|